News !

Rabu, 16 Mei 2012

ATAP LANGIT, KU TEMBEL DAN KU ROBEK

Oleh : Alif Yuniantoro



Malam ini tempatku menumpuk segala hal sedang penat , penat sekali. Hampir stress malahan. Aku ingin berbagi.

Tapi, kau harus tetap tenang mendengarnya hingga ceritaku selesai dan benar - benar usai. Ingat , tak boleh tertawa sedikit pun. Karena kita sedang dalam tempat terbaik dimana tak ada tertawa sedikit pun!.

Kalaupun angan – anganku terdengar lucu. Jangan ikut tertawa didalamnya karena kenyataanya tidaklah selucu yang kuceritakan. Sebab, semua itulah yang mengantarkanku menuju selembar kertas lecek ini ,eh sorry…dan kini aku menurunkan angan – anganku yang berujung di sini.di tempat yang kita tak perlu memenuhi harapan atau obsesi siapapun!.

***



Ah, ingin rasanya aku segera menembel atap langit. Tatkala awan yang dilangit berkumpul menjadi satu padu, setelah dipandu oleh pak tani ketika memandu itiknya, mulai menghitam. Kemudian dilanjutkan dengan suara halilintar yang menyambar – nyambar sampai ke bumi dan tak lagi meninggalkan batu ponari yang telah merenggang empat nyawa sekaligus, akibat batu ponari tersebut yang dikultuskan dan dianggap mempunyai kekuatan ghoib untuk menyembuhkan penyakit.

Ingin rasanya menembel aku langit ketika hujan dadakan turun, sehingga pasukan hujan yang berjumlah ribuan , jutaan , atau mungkin miliaran tak lagi menyerangku bertubi – tubi dan membabi buta, karena aku takut diserang secara tiba – tiba tanpa persiapan matang dan persenjataan lengkap. Apalagi dengan jumlah personil yang banyak dan pada awal – awal mereka datang.

Ingin rasanya aku menembel langit dari yang paling pendek sampai yang paling tinggi. Tapi pakai apa sebagai penopangku untuk menembelnya? Padahal aku juga belum mengetahui berapa meter atau kilometer luasnya atap langit yang akan kutembel. Tapi aku juga belum tahu kain berapa gulung dan benang berapa rol untuk menambalnya.

***

Kalau angan – anganku yang menembel atap langit ditolak. maka aku yakin setelah menelurkan angan – anganku yang kedua ini yaitu merobeknya,mungkin orang akan tanya,”kenapa kamu ingin menyobeknya??padahal kamu baru saja menembelnya”. Atau orang akan menyeletuk.

“ha…ha…ha…,kurang kerjaan orang ini!!”

Ejekan yang membahana , tapi apa akibatnya??eh!!! pasti banyak orang , atau bahkan semua makhluk sekalipun akan rugi bila aku tak jadi merobek atap langit.

semua makhluk tidak akan tumbuh , sinar mentari dari pagi sampai sore tidak dapat menyelinap kebumi lagi , apalagi semua makhluk akan kehabisan karena tumbuhan mati tak produksi oksigen, sebab belum jua aku lekas menyobek atap langit.

Mungkin aku juga akan dimarahi oleh pemerintah jepang, rusia, amrik, atau korut .karena dengan angkuh dan egoisnya atap langit kutembel dan sampaii sekarang pun belum lekas aku menyobeknya.

Tapi santai, akan aku rubah dan semoga sejak aku merobeknya tembelanku di atap langit orang masih bisa tumbuh, bisa bernapas karena pohon tak jadi mati dan berproduksi oksigen serta negara – negara yang aku sebutkan bisa melesatkan satelitnya di atas atap langit yang kutembel yan disebut ruang angkasa, entah siapa yang menemukannya.

Rencana selanjutnya ingin sekali aku menyandingkan angan – angan kebanggaanku “menembel atap langit dan menyobek atap langit” . biar orang – orang memilih dan tidak bingung karena Cuma dua pilihan , tidak seperti caleg sekarang yang membingungkan nan menjijikan.

***

Pagi – pagi setelah sholat shubuh, aku langsung memanaskan motor buntut mendiang abahku yang meninggalkanku ketika aku berusia 10 tahun, ya udahlah itu masa lalu.kira- kira setengah tujuh aku berangkat menyusuri jalan setapak selebar tinggi badanku. Jalan ini menurut orang kota mungkin jalan yang tidak layak untuk kita tapaki.tapi aku sebagai orang desa bangga dengan jalan yang sudah begitu lebar dari semula.

Setengah jam aku mengobrak –abrik seluruh bangunan yang aku susuri belum juga menemukan yang aku cari. Tapi semangatku semangat bung karno menuntun rakyat indonesia menuju gerbang kemerdekaan 17 agustus 1945. atau mungkin sebelum itu malahan.

Terdamparlah aku pada sebuah bangunan . tapi bukan bangunannya yang aku soroti, sebuah papan berukuran 70 cm x 70 cm yang dipapannya terukir “ sailor ”.sudah rapuh dimakan usia dan guyuran air hujan yang setiap musim mendatanginya, bahkan kemarin sore mendatanginya namun si papan tak menggubrisnya.hanya diam.ketika kuamati dengan seksama ada satu hal yang kurang dari si papan. Si skrup.kulihat si skrup yang atas tak lagi menempati posisinya lagi.skrup lupa dengan tugasnya.kasihan sekali orang yang telah memberinya amanat sebab si skrup melalaikan kewajibannya untuk menjaga papan berukuran 70 cm x 70 cm.sehingga papan tersebut pun miring karenanya.

Tanpa basa – basi aku meninggalkan motor buntut mendiang abahku. Aku berdo’a dalam hati “muga – muga motor buntut mendiang abahku bisa menjaga dirinya, amin!!!”.

Aku memasuki zonanya pak sailor , begitu aku menyebutnya .uhk…terlalu sempitnya dunia bagiku. Nama saja tidak tahu. Rancu ,dengan statusku.ah….sudahlah.

Aku pun berbincang dengan pak sailor .kemudian menjelaskan sekelumit angan – anganku yang awal “menembel atap langit” . ngalor – ngidul perbincangannya. Teringatlah aku pada motor buntutku mendiang abahku karena dia sudah menungguku diluar sana.lama. namun bentar lagi motorku, perbincanganky hampir selesai.dan selesailah, Namun nihil yang kudapatkan. Dia tak mampu membantuku meluluskan angan – anganku bersegera aku pergi menyusuri jalan lain yang mungkin aku dapat menemukan pak sailor lain yang dapat meluluskan angan – anganku .

Sebuah papan persis seperti yang awal aku sorot, kutemukan kembali. Akupun turun dan sebelum aku berdo’a sebagaimana do’aku yang pertama. Ketika ku mendekat ke bibir pintu pak sailor 2, kulihat pintu masih enggan membuka bibirnya. Aku mendekat, mendekat dan mendekat lagi….aku uluk salam tapi tidak dijawab.ku ketuk tapi tak ada yang merespon.pintu hanya diam saja tak bergeming sedkit pun. Aku harus tetap khusnudzon terhadap pintu yang tak mengerti apapun tentang senua hal yang dikerjakan oleh tuannya sehingga si pintu enggan membuka bibirnya.

Pintu tak maklumi karena belum pernah mengenyam bangku sekolah. Pintu rumahku juga belum sempat mengenyam bangku sekolah. Karena, Setelah ku tebang dari ladang dia langsung kuantar ke tukang kayu, oleh karena itu dia belum sempat mengeyam bangku sekolah.

Semperempat jam aku menunggu sambil mengintai dari depan jendela.tapi , pak sailor belum juga menampakkan batang hidungnya. Waktu ternyata berlari, tanpa sempat memperhatikanku yang sedari tadi sedang menunggu pak sailor diluar rumah.wah…sudah ssetengah jam.hampir putus asa. Akupun pergi lagi tanpa komando lagi dengan motor buntutku yang selalu setia kepadaku.

***

Dari tadi ternyata parasit yang selalu menempel ditangan kiriku sudah berkali – kali memperingatkanku untuk segera mampir ke masjid dan menjalankan kewajiban. Sholat dhuzur. Tapi aku bingung, kenapa dari tadi aku belum mendengar suara adzan secuil pun???apa adzan sudah bosan memperingatkan aku atau bahkan umat islam???ah…jangan su’udzon lah!!!aku harus khusnuddzon.harus.

“Ehm…itu to permasalahannya , ternyata daerah itu daerahnya orang kristen dan orang china. Pantesan saja aku tidak dengar adzan berkumandang,”gumamku dalam hati.

Disebuah jalan yang aku susuri aku melihat tanda bahwa masjid masih 50 meter lagi. Alhamdulillah . mampirlah aku kemasjid guna menyelesaikan urusanku dengan tuhanku. Ketika selesai aku berdo’a untuk bapak – ibukku dan yang nomor dua supaya mempermudah hajatku.amin.

***

Siang boleh berlari menuju sore. Tapi , semangat bung karno masih ada walaupun sisa – sisa tadi siang.aku masih tetap meneruskan perjalananku hanya unntuk mencari pak sailor guna meluluskan angan – angan ku “menembel atap langit”.

Akhirnya kutemukan lagi pak sailor yang ke-3 kalinya.langsung saja aku turun tanpa izin lagi dengan motorku. Karena aku yakin sepenuhnya motorku bisa menjaga dirinya sendiri. Akupun masuk pelataran pak sailor ke-3.

Didalam aku dan pak sailor berbicara empat mata. Perbincangan pun harus ngalor – bgidul dengan sesekali menyisipkan angan – angan ku. Pak sailor ternyata bisa sewaktu ku tanya:

“pak bisasakah begini dan begitu?S ”.

“bisa…!!!”, jawabnya.

Bergembiralah hatiku mendengar suara pak sailor ke-3,kuceritakan semuanya akhirnya. Pak sailor pun menanyakan ihwal hajatku tadi,ku jawab saja “ya…!!!”. Pak sailor bertanya lagi separti yang pertama,kujawab lagi “sungguh…!!!”. Dan katanya untuk yang terakhir kalinya pak sailor bertanya tentang kesungguhanku ,kujawab sama seperti yang kedua. Kemudian pak sailor menanyakan honor yang pak sailor terima untuk karyanya membantu menembel atap langit. “segini…!!!”, jawabku. Eh…pak sailor tiga malah minta empat kali lipatnya coba!!!mahal banget.

Pak sailor pun angkat bicara, pak sailor pun berbicara ngalor – ngidul. Dan sang murid diam terpana memperhatikan pak sailor ke-3 membeberkan materi yang di ajarkan. Aku ingat betul seikat kata pak sailor yang dibungkus dengan kata – kata yang berapi – api. Bahwa “semua makhluk ciptaan – NYA tidak bakal mampu menembel atap langit dan merobek atap langit. Apalagi Cuma aku dan kamu!!!”, kemudian dilanjutkan “bahwa yang mampu menembel dan merobek atap langit hanya DIA. Seraya menunjuk ke atas. DIA tuhan YANG MAHA KUAT. Walau berapapun uang yang kau punya akan terus berusaha membeli bahan yang diperlukan seperti kain berapa gulung dan benang berapa roll pun, tidak akan pernah cukup menutupi semua atap langit “. seperti inilah Seikat kata pak sailor ke -3 yang dibungkus dengan semangat yang berapi – api.

“memang benar apa yang dikatakan oleh pak sailor. Walaupun semua orang seduniapun, apabila dikerahkan semua guna hajatku pasti tidak akan sanggup menembel dan merobek atap langit. Apalagi Cuma aku dan pak sailor ini. Dah tua kali…”,gumamku dalam hati dengan penuh rasa kecewa.

Pulanglah aku dengan motor buntut ku yang masih saja setia kepadaku. Walaupun hajatku tak bisa terpenuhi, tapi tak apalah. Aku isa mengambil hikmah dari kejadian ini. Memang benar, bahwa angan – angan ku ini tak perlu memenuhi harapan atau obsesi siapapun.

1 komentar: