News !

Rabu, 16 Mei 2012

Kereta Tua

Oleh : Wais Al-Qorni



Hujan turun dengan begitu lebatnya. Menjamah lantai bumi yang gersang dan haus akan menyejukkan. Air pun berjatuhan dengan kencang. Dengan riang mereka melantunkan melodi tik … tik … tik …,diatas genting yang rapuh . langsung menyalip masuk kedalam dengan melanjutkan melodi selanjutnya kedalam bak besar yang sedari tadi berdiri kokoh dipojok emperan toko . suara klakson mobil , kicauan orang-orang ditengah kemacetan dan lampu sorot mobil dan motor yang menyilaukan mata , tak kalah serunya dengan nyanyian perutku yang sedari tadi melantunkan melodi-melodi indah.


Sesekali terdengar suara aneh yang berasal dari dalam perutku . mungkin karna aku belum memberinya sesuap nasi dan seteguk air hangat untuk hari ini. Kuusap perutku yang kurus dengan tangan kotor yang tak bernilai agar aungan indah taka terdengar lagi . ceceran ydebu yang kian akrab dengan kulit hitam ku yang membuat ku semangat untuk mencari kelayakan hidup dikota besar nan megah ini.

Kuayunkan kakiku yang kurus loyo ini menelusuri jalan-jalan berkerikil . badanku terdorong ingin masuk saat ku melihat kereta tua yang memberikan senyum cerah kepadaku seolah akan memberikan sedikit kehidupan untukku hari ini .

Sesampainya didalam kereta kulihat begitu banyak orang yang sedang memikirkan kegiatan mereka masing-masing tanpa memikirkan nasib orang lain yaa… termasuk aku ini . kulihat seorang ibu-ibu paruh baya dengan menggunakan batik merah dengan membawa banyak barang . sepertinya habis belanja atau pulang kampung ah….entahlah. sepasang remaja yang sedang asyik dengan obroalannya .pedagang-pedagang asongan yang berlalu lalang tanpa lelah menjajakan barang-barangnya . akupun mulai bergerak dengan sedikit tenaga untuk mencari kehidupan yang seharian ini telah kunantikan.

Kuambil seonggok sapu injuk yang berdiri tegak pojok toilet . kusapu kolong – kolong bangku kereta dangan harapan terlahirnya sebuah kehidupan baru dengan pemberian belas kasihan seorang terhadapku.

“makasih pak … “, seorang lelaki tua dengan kemeja kotak – kotaknya yang panjang , kumis yang agak menunduk kebawah , rambut hitam keputih – putihan dan kacamata tebal yang selalu menghiasi batang hidungnya . memberikan sejumlah uang receh kepadaku . orang tua tadi pun kembali ketempat duduknya semula seraya memberikan senyuman ramah kepadaku . setelah selesai menyapu kolong – kolong bangku kereta ku rebahkan tubuhku diatas sehelai koran – koran bekas yang hanya cukup untuk menampung tubuhku yang mungil dan kecil ini.

***

Rumah besar nan megah bercat civon biru dengan meminjam arsitektur bangunan Persia terlihat indah ketika diwarnai oleh berjuta tanaman yang menghiasi halamn rumah. Kolam – kolam yang besar yang diperindah dengan ribuan ikan yang sedang asyik berenang di dalamnya.

Seorang terlihat gagah dengan memakai setelan jas hitam . rambut hitam pendek dan postur tubuh ya… bisa dibilang macho, mempersilahkan memasuki sebuah mobil hitam panjang. Kulihat gagang mobil itu tertulis WIFI 185 , kelihatannya mobil ini adalah mobil mahal dan keluaran terbaru . mobil pun mulai bergerak menelusuri sepanjang jalan ibu kota. Suasana dikota sungguh sangat gersang , banyak asap yang terlahir dari hutan hutan beton , asap- asap hitam yang berhamburan di udara dengan beragam racun yang bisa mengakibatkan bumi ini rusak ditambah lagi dengan panasnya udara .

“maaf pak , jadi rapat”tanya seorang supir kepadaku

“oh…iya …”jawabku , tanpa tahu maksudnya . setelah sampai di gedung indah nan megah betulisan “Gedung Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat” . dua orang petugas keamanan dengan menggunakan pakaian serba hitam dan kaca mata hitam yang nankring dibatang hidungnya mempersilahkanku keluar dari mobil untuk memasuki gedung yang besar itu ternyata banyak orang dihalaman gedung ini . ribuan mata banyak harapan kepadaku .

“ saudara-saudara yang saya hormati , langsung saja karna pak kepala sudah datang , perlukah kita untuk menaikan tunjangan pokok kita “ suara terdengar dari peserta yang duduk di deretan ujung podium .

“maaf… saudara – saudara apakah sebaiknya tidak seperti itu, “ kataku sambil berdiri .

“aakh … pek malik ini bagaimana kalo tunjangan pokok kita tidak dinaikan kita bisa apa ? kita ini jugakan manusia , kita juga butuh uang yang banyak , kalo tunjangan kita sedikit bagaimana kita harus berlibur ke singapura setiap minggu kita shopping dll., “ celoteh peserta yang lain .

“ maaf saudara – saudara apakah kalian tak berpikir sedikit pun tentang rakyat-rakyat yang memberikan suaranya kepada kalian sebagai amanat dan tanggung jawab. Apakah kalian tak melihat dibalik luar sana bayi – bayi yang kekurangan gizi , orang – orang yang tubuhnya tak tersentuh sehelai kain pun , rumah – rumah yang beratapan kardus bekas dan masyarakat yang tak bisa menikmati betapa lezatnya pendidikan . sedangkan kalian pergi bekerja menggunakan mobil mewah .bertempat dengan dengan bangunan besar dan harus mewah . dan memakai pakaian yang dijual di butik – butik mewah …!!apa kalian tidak menghiraukan mereka??,” jawabku dengan suara tinggi.

Palu telah dipukul diatas meja coklat besar , akhirnya tunkangan pokok pun tak jadi dinaikkan . ribuan mata yang penuh harap kepadaku kini berubah tawa gembira . dan semua orang pun sorak gembira setelah mendengar keputusanku . akupun keluar gedung dengan dikawal oleh dua orang petugas keamanan . akupun bersorak dengan berkata ,“MERDEKA…MERDEKA…MERDEKA.
” Suaraku pun membumbung tinggi keangkasa.

***
“lik…malik…bangun sampah–sampah masih banyak , emang kamu enggak kerja??,” terdengar suara agak keras san seorang laki yang berada di sampingku. Akupun bangkit dari tidurku dan kembali mencari sebuah kehidupan didalam kereta tua, ini.

0 komentar:

Posting Komentar