News !

Jumat, 18 Mei 2012

MEMORY IN OUR CLASS


Oleh : PEACE MAKERS B




Di pagi yang cerah, saat matahari dengan senyum rekahnya menyinari hati kami, setelah, sekian lama kami menghabiskan waktu untuk melepas rindu, berbagi bersama keluarga dan kerabat– kerabat kami. Waktu telah habis dan kami kembali meniti ilmu, dengan melepas semua kenangan manis bersama keluarga. Mengemban amanah orang tua.
***

Hari sabtu, 12 juli 2008 awal masuk sekolah, seperti biasa kami berlari untuk mengikuti apel. Apel telah dimulai, ketika itu mendengar dari salah seorang guru yang mengumumkan pembagian kelas, awalnya kami tersenyum karena teman baru, kelas baru, perjalanan baru, hanya seragam kami yang tak baru, dan kucel seperti dulu…tapi kita tetap merasakan kesenangan…!!!
Tapi apakah daya kami…bayangan kami yang sejak dulu ingin menempati bangunan baru yah…bisa dibilang “eksekutif” ternyata kaki kami tak sampai, hanyalah bangunan kecil yang sungguh tak layak huni. Karena penuh dengan tai – tai, daun – daun yang berserakan dan meja, papan tulis, kursi, layaknya tentara israel yang membordir tempat itu. Hati kami sebenarnya tak memungkiri itu semua, kami tetap menerima keputusan itu, tapi kami semua tak kuasa melihat teman kita yang senasib seperjuangan hingga dulu sampai sekarang…suka duka bersama. Tapi mengapa kita harus berbeda dengan mereka… ???
Terima kasih teman – temanku yang turut bersusah payah membantu kami dalam memperjuangkan kebersamaan kita.
***
Dua hari berrturut – turut kami tidak bisa melakukan kegiatan belajar baik. Karena kondisi kelas yang sungguh benar – benar sangat tak layak pakai. Kami berusaha mengungkapkan isi hati kami pada guru –guru, tapi apalah daya…ungkapan kami baaikan angin yang berlalu begitu saja.
Kami pulang tanpa harapan, dengan perasaan kecewa yang mendalam. Kami curahkan jua hal ini kepada kakak kelas kemi beserta pembimbing kami. Dari merekalah tumbuh dorongan yang membuahkan keberanian untuk mengahadapi tantangan dan cobaan yang menerpa. Kami selalu menghibur hati kami dengan tanggapan bahwa ini semua merupakan awal dalam meraih kesuksesan kami…
Barulah ada sesosok yang peduli dan pernah penuh pengorbanan dala memperjuangkan kami, agar kami bisa belajar dengan tenang. Dan akhirnya kami mendapatkan tempat yang lebih dari apa yang kami harapan. “syukron katsiron yaa…Ustadz…”. Barulah sebentar kami merasakan sekelunit keahagiaan itu. Tapi kebahagiaan musnah, karena kami kembali terisolir dari tempat itu. Dan menempati tempat yang baru.
Awalnya kami selalu bersabar dan berusaha menerima apapun yang diberika kepada kami, kami begitu beruntung karena sempat diperlihatkan keadaan yang lebih parah dari kami. Dan guru – guru pun selalu menghibur dengan menceritakan kondisi belajar mereka yang dulu, yang begitu parah … walaupun itu zaman dulu, dan tak sebanding jika dibandingkan saat ini. Tapi setidaknya bisa menumbuhkan semangat belajar kami.
Kami telah menganggap dan berdoa semoga tempat itu adalah tempat terakhir kamipun sudah berusaha memperindahnya, dengan harapan bisa menjadi yang terbaik.
***
3 bulan lamanya, kita telah menempati tempat tersebut penuh dengan duka, cita, damai, kebersamaan, tak ada lagi yang mengusik ketenangan kami.
Dan apa daya lagi dan lagi … terus dan terus … the next and the next duka merundung kami … kami dipindahkan lagi, dan sampai kapan semua ini kan berakhir???sabar dan terus sabar, hanya itu yang bisa kami perbuat dan hingga kini kami menempati tempat itu, tepatnya diatas perpustakaan sekolah, didiniyah. Kami berusaha sabar menerimanya. Kami pun terima, tapi usaha keras kami membuat struktur hingga larut malam pun sia – sia, karena struktur yang kami buat dengan mengerahkan dana, tenaga dan waktu kami ternyata telah kami temukan ditempat sampah.
Kelas yang kelima pun telah kami bersihkan walau tempat sampah tak ada,yang kian hari kian menumpuk, tapi sesekali kami membawa kebawah. Dengan kebersamaan yang penuh ceria. Walau panas tak ada kipas angin, bahkan jendela pun sudah terkunci mati. Dan walau lagi…hati belum tertata dengan penuh semangat yang berkobar demi sebuah ilmu.

Kami harap ruangan ini yang terakhir bagi kami, sudah banyak derita yang kami jalani … guru yang mengeluh karena panas, tapi kami tetap berusaha membuat guru itu nyaman mengajar kami. Syukron katsiron yaa ustadz wa ustadzah yang tetap sabar dan ikhlas membimbing dan menerima curahan hati kami.

0 komentar:

Posting Komentar